Daisypath Anniversary tickers

Friday, July 9, 2010

::Hasad::

Ketahuilah begitu besar bahaya HASAD- Oleh: Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin

Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.

Pernah mungkin kita mendengar kisah dua orang tetangga dekat bisa saling bunuh. Penyebabnya karena yang satu buka toko dan lainnya pun ikut-ikutan. Akibat yang satu merasa tersaingi, akhirnya ada rasa iri dengan kemajuan saudaranya. Tetangga pun tidak dipandang. Awalnya rasa iri dipendam di hati. Namun karena semakin hangat dan memanas, akhirnya berujung pada pertikaian yang berakibat hilangnya nyawa.

Sikap seperti ini pun mungkin pernah terjadi pada kita. Namun belum sampai parah sampai gontok-gontokan. Rasa iri tersebut muncul kadangkala karena persaingan. Sikap iri semacam ini jarang terjadi pada orang yang usahanya berbeda. Jarang tukang bakso iri pada tukang becak. Orang yang saling iri biasanya usahanya sama. Itulah yang biasa terjadi. Tukang bakso, yah iri pada tukang bakso sebelah. Si empunya toko sembako iri pada orang yang punya toko yang semisal, dan seterusnya.

Perlu diketahui bahwa iri, dengki atau hasad –istilah yang hampir sama- adalah menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain. Asal sekedar benci orang lain mendapatkan nikmat, itu sudah dinamakan hasad, itulah iri. Hasad seperti inilah yang tercela. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

ان الحسد هو البغض والكراهة لما يراه من حسن حال المحسود
“Hasad adalah sekedar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.”[1]

Adapun ingin agar semisal dengan orang lain, namun tidak menginginkan nikmat pada orang lain itu hilang, maka ini tidak mengapa. Hasad model kedua ini disebut ghibthoh. Yang tercela adalah hasad model pertama tadi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَبَاغَضُوا ، وَلاَ تَدَابَرُوا ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Janganlah kalian saling hasad (iri), janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi (saling mendiamkan/ menghajr). Jadilah kalian bersaudara, wahai hamba Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hasad Bisa Terjadi Pada Orang Beriman

Hasad bisa saja terjadi pada orang-orang beriman. Hal ini dapat kita lihat dalam kisah Nabi Yusuf dengan suadara-saudaranya. Sampai-sampai ayah Yusuf (Ya’qub) memerintahkan pada Nabi Yusuf agar jangan menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya agar tidak membuat mereka iri. Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 5)

Lalu lihatlah bagaimana perkataan saudara-saudara Yusuf.

إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.”(QS. Yusuf: 8). Lihatlah bagaimana hasad pun bisa terjadi di antara orang beriman, bahkan di antara sesama saudara kandung.

Hasad (Iri) Tidak Ada Untungnya

Patut kita renungkan bersama bahwa rasa iri sebenarnya tidak pernah ada untungnya sama sekali. Yang ada hanya derita di dalam hati. Orang yang hasad pada saudaranya sama saja tidak suka pada ketentuan atau takdir Allah. Karena orang yang hasad tidak suka atas ketentuan Allah pada saudaranya. Padahal Allah yang menakdirkan saudaranya jadi kaya, saudaranya punya kedudukan, saudaranya sukses dalam bisnis, dan lainnya. Orang yang hasad sama saja menentang ketentuan ini. Allah Ta’ala berfirman,

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf: 32). Padahal Allah yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya.

Orang yang hasad sama saja dengan orang yang menzholimi saudaranya. Oleh karena itu, orang yang didengki (dihasad) akan mendapatkan manfaat dari orang yang hasad di akhirat kelak. Kebaikan orang yang hasad akan diberikan pada orang yang didengki (dihasad) dan kejelekan orang yang didengki (dihasad) akan beralih pada orang yang hasad. Bisa terjadi seperti ini karena orang yang hasad layaknya orang yang menzholimi orang lain. Sehingga penyelesaiannya dengan jalan seperti itu. Lebih-lebih lagi jika hasad tadi diteruskan dengan perkataan, perbuatan dan ghibah (menggunjing), tentu akibatnya lebih parah.[2]

Itu tadi adalah akibat di akhirat. Sedangkan di dunia, orang yang hasad pun menderitakan berbagai kerugian. Jika orang yang ia hasad terus mendapatkan nikmat, hatinya akan semakin sedih dan terus seperti itu. Bulan pertama, ia hasad karena omset saudaranya meningkat 50 %, ini kesedihan pertama. Jika bulan kedua meningkat lagi, ia pun akan semakin sedih. Begitu seterusnya, orang yang hasad tidak pernah mendapatkan untung, malah kesedihan yang terpendam dalam hati yang ia peroleh waktu demi waktu.

Cara Mengatasi Penyakit Hasad

Agar kita tidak terjerumus dalam penyakit hati yang satu ini, maka ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan, di antaranya:

Pertama: Pertebal iman dan rasa yakin pada takdir Allah, tentu saja dengan terus menambah ilmu.

Kedua: Mengingat akibat hasad yang berdampak di dunia maupun di akhirat.

Ketiga: Selalu bersyukur dengan yang sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)

Keempat: Selalu memandang orang yang di bawahnya dalam masalah dunia. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى الْمَالِ وَالْخَلْقِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ
“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik [atau kenikmatan dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari no. 6490 dan Muslim no. 2963)

Dalam hadits lain disebutkan,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)

Kelima: Banyak mendoakan orang lain yang mendapatkan nikmat dalam kebaikan karena jika kita mendoakannya, kita akan dapat yang semisalnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang bertugas mengaminkan do’anya kepada saudarany). Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (HR. Muslim no. 2733)

Setelah mengetahui hal ini, masihkah ada iri pada saudara kita? Semoga Allah memberi taufik untuk terhindar dari penyakit yang satu ini. Amin, Yaa Mujibas Saailin.

Panggang-GK, 29 Jumadil Awwal 1431 H (13/05/2010)

Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain. Bukanlah definisi yang tepat untuk hasad adalah mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain, bahkan semata-mata merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain itu sudah terhitung hasad baik diiringi harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun sekedar merasa tidak suka. Demikianlah hasil pengkajian yang dilakukan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau menegaskan bahwa definisi hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.

Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya:

1.Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah.

2.Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.

3.Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat
yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.

4.Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi bersabda, “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih)

5.Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.

6.Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda, “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan hilangnya nikmat Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.

7.Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman,

وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)

8.Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat tersebut.

9.Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.

10.Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.

Ringkasnya, dengki adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.

The Secret Garden

Summary by: The Reading Workshop



Mary Lennox lives with her rich parents in India. No one has ever really cared for her; hardly anyone knows she is even there. One day a cholera epidemic breaks out and nearly everyone dies. Mary hides in the nursery and when she wakes up the next morning, there is no one left. She is sent to England where her uncle, Archibald Craven, lives. A woman called Medlock is sent to take her to the manor. Normally the 500 year old Misselthwaite Manor on the Yorkshire moors isn’t a place for a child to grow up. There are about a thousand rooms, hundreds locked, so no one can go in. There is a big mystery about a secret garden that had been locked up ten years ago. A young housemaid called Martha has to look after Mary. First Mary doesn’t like her much, but because Martha is so nice and funny she soon starts liking her. Martha gives her a skipping rope, so Mary can play in the many gardens of Misslethwaite Manor. In the gardens she meets Ben Weatherstaff, an old gardener, and his robin. The robin becomes Mary’s first friend. He shows her the key to the secret garden and also the door hidden under thick ivy. As soon as she enters the garden, it becomes her own little mystic world. One day she hears cries and looks for the person (It isn’t the first time she has heard it, but every time she wanted to look somebody stopped her and gave her some explanation). In a room behind a tapestry she finds a boy, Colin Craven, her cousin. He can’t walk nor stand up, and everybody thinks that he’s going to die. His father has never wanted to see him because he’s so different from his dead mother. With Dickon, Martha’s brother, and Mary he goes into the secret garden in a kind of a wheel chair, and learns to walk. They all say it’s “Magic” that made all these wonders possible: Colin’s walking, Mary’s change into a nice girl and her joy in the secret garden.

When Hitler Stole Pink Rabbit by Judith Kerr

When Hitler Stole Pink Rabbit is a children's novel, by Judith Kerr, first published in 1971. It is a semi-autobiographical story of a young Jewish girl who is forced to flee her home in Germany in 1933 with her family to escape the Nazis, who her father, a writer, had campaigned against. The family escaped through Switzerland, spent some time in Paris, before finally arriving in England in 1936.

My review on this book:

One of the favourite books of my childhood. I used to reread this obsessively, though it's been a long time since I last read it. But I found it a very touching and captivating story of how a child experienced having to flee from country to country after Hitler rose to power in Germany and then also began to overpower other countries. It didn't encumber the storytelling with the sort of historical detail that would have been tiresome to a child, but still gave me a vivid image of what it was like to live in such a time period

Tuesday, July 6, 2010

< The Joy Luck Club > Author: Amy Tan

Synopsis/ Summary:
After her mother Suyuan's death, thirty-six year old Jing-mei (June) Woo joins The Joy Luck Club. The club, which Suyuan founded in China during the war, consists of four women playing mah jong, eating good dinners, and gambling. Suyuan created the club as a way to improve the spirits of her friends during wartime. Her first husband died in the war and she was forced to abandon their twin baby daughters on the side of a road. Soon after, she met and married Canning Woo and moved to America. There, she restarted the club with three other women her age: An-mei Hsu, Lindo Jong, and Ying-ying St. Clair. The four women and their daughters, who are about the same age, grow older together, and each mother/daughter relationship is full of sadness, anger and joy. June, for example, isn't sure she can replace a dead mother she hardly knew. Then she learns that her mother's other daughters have been found: they live in China, and the other women of the Joy Luck Club are sending June to meet them.
The mothers remember their childhood in China. An-mei lived with her grandmother and was forbidden to even speak her mother's name. When her mother tried to rescue her, she was sent away. Everyone tells An-mei that her mother dishonored their family by marrying again after her husband died. Still, her mother returned to nurse her own mother after she grew very sick. Lindo's marriage was arranged when she was very young. She hated the spoiled young man she was required to live with. When he wouldn't sleep with her and her mother-in-law demanded a baby, Lindo made up a story about an angry ancestor who would kill her husband if they stayed married. She was given enough money to go to America and told to keep her mouth shut about their curse. Ying-ying remembers going to a moon festival as a young girl and finding out that the magic and ceremony is often just an act.
The daughters remember growing up with Chinese mothers in California. Sometimes they felt like they weren't Chinese at all, and didn't know how to deal with the Chinese culture in their homes. Waverly was a chess champion, but she quit when she and Lindo fought and Lindo told her it was not as easy to play or not play as she believed. Now she worries that her mother will not accept her second husband. Lindo was always able to make Waverly change her mind, seeing flaws where she once saw perfection, and she doesn't want this to happen with Rich. Lena remembers her mother as a meek woman who always wondered what bad thing would happen next. She made Lena just as meek and afraid-but Lena learned from a neighbor that not every problem is the end of the world. She knows her mother can see things before they happen, so she wonders what her mother will think of her relationship with her husband: he bullies her and takes her for granted. Sure enough, Ying-ying doesn't understand Lena's life with Harold. Rose Jordan has some of the same problems with lack of confidence. Her husband asked her for a divorce recently because she could never make any decisions. Rose still feels guilty because her youngest brother died by accident when she was fourteen. She can't decide what to do about her husband. Then she realizes that her mother supports her. She sleeps for three days and then contacts her husband, telling him that she will not leave their house like he wants her to. She will fight for it. June Woo remembers that her mother was never satisfied with her: she always wanted June to be a genius, so June was determined to waste any talent she had, just to spite her mother. As an adult, June has always felt inferior to Waverly, and believed her mother thought she was as well. During new year's dinner, she got into a fight with Waverly, and afterward her mother told her that she understood her and implied that she loved her.
The mothers think about their pasts. An-mei remembers that her mother killed herself to make a better life for her children, because in a marriage with four other wives, that was the only way for her children to have any of the benefits from her rich husband (who she was forced to marry, contrary to what her family believed). Ying-ying remembers how she gave up her strength, her will, so that she would no longer be hurt when bad things happened to her. She now realizes that in doing this she has made her daughter weak as well, and resolves to teach her daughter to be strong. Lindo remembers how she came to America, and, looking at her adult daughter Waverly, she sees how similar they are-both inside and out. The book ends with June going to China to meet her half-sisters. Her father is happily reunited with his family. June is at first nervous, but when she meets first her father's family and then her sisters, she sees that part of her is Chinese after all: her blood.

Monday, July 5, 2010

"Bila Hati Berkata.............."

By: Zalina Osman Basha

Setelah sekian lama mindaku dan jemariku tidak diasak untuk mengeluarkan persepsi. Mungkin sahaja persepsi ini adalah persepsi picisan namun aku masih percaya setiap yang dititipkan Allah takkan pernah ada yang sia-sia, pasti ada manfaatnya untuk diriku dan ummah.

Hari meniti hari, setiap dari kita akan berubah. PASTI . Namun, perubahan itu dipandu oleh makhluk istimewa bernama KITA. Perubahan itu pasti, namun kebaikan dengan perubahan itu dari doa dan usaha manusia. Hanya kita & pemilik sebenar kita yang mengetahui aras ukur perubahan diri kita, manusia lain bisa menilai dari luaran, adakalanya benar namun kadang-kala tidak sama-sekali. Jika manusia yang menjadi ukuran, percayalah itulah kesiksaan dan penderitaan yang teramat sangat sakit. BiarLah Allah dan dan Rasulnya menjadi neraca, cukuplah manusia menjadi cerminan check & balance, pelengkap timbang-tara bukan yang utama. Adakalanya perubahan perlu dirancang dan distrategikan adakala perubahan berlaku secara tidak dijangka kerana Allah itu paling hebat.Begitu bijaknya manusia jika mereka mampu menyesuaikan diri dengan keduanya.Yang pasti perubahan perlu dinilai. Merenung perubahan diri, saat sehingga ke tahun, Allah itu sungguh hebat. Menilik setiap inci perubahan dan ta'aruf mendalam tentang diri sendiri, kerdil sungguh seorang manusia bernama aku, aku sendiri tidak mampu mengetahui siapakah aku sebenarnya bahkan adakalanya aku menjadi manusia yang terkejut dan pelik dengan diriku sendiri, hari demi hari. Hebat sungguh Allah menciptakan aku sebagai aku dan bukan sebagai orang lain. Pernah disuatu saat dulu, ketika aku di toodler sebuah kehidupan, aku dititipkan dengan bait ini 'KalianLah mencetus arus perubahan, bukan dibawa arus'. Tapi disaat itu aku penerima yang baik tanpa banyak bicara, aku sisipkan kuat didalam jiwa. Namun, setelah aku mula berjalan meniti langkah-langkah hidup, persoalan tentang bait itu semakin bertambah hari demi hari.Semoga Allah titipkan hikmah dan furqan dalam setiap bab dan episod kehidupan aku dan kalian.

Puitiskah aku?Inilah hatiku.Namun aku pasti Allah akan menyentuh hati manusia dengan sedikit usaha dariku kerana mengembalikan kemenangan perlu daripada tangan manusia ia bukan magik

RUN LOLA RUN TRAILER

::Run Lola Run::

The film begins with Lola (Franka Potente) receiving a phone call from her distraught boyfriend Manni. He is a small-time criminal and has lost 100,000 DM belonging to his boss by accidentally leaving it on a train. After the doors of the train closed, he saw a homeless man pick up the bag of money but he was unable to get back onto the train before it left the station. Upon not seeing any trace of his money or the homeless man at the next station, Manni assumes the money is long gone.
Manni has to get the money within 20 minutes before his boss finds out, and plans to rob nearby supermarket. Lola urges him to wait and tells him she will organize the money. She decides to ask her father, who is a bank manager.
Meanwhile, Manni sees the homeless man who took his money in the beginning of the film. Manni chases him down and retrieves his money but, feeling sorry for him, gives him his gun in return. Lola arrives to find Manni stepping out of a car and shaking his boss's hand. The movie ends with Manni asking Lola what is in the bag she is carrying.

Sunday, July 4, 2010

*Sim Pet *



codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0" WIDTH="525" HEIGHT="350" id="myMovieName">


Create Fake Magazine Covers with your own picture at MagMyPic.com