Sudah cukup lama kita tak saling bicara. Sepertinya begitu. Bahkan tak cukup waktu sepertinya untuk kita saling menyapa atau sekedar bertanya kabar. Kau menghilang dan akupun pergi. Langkah kita terpisah, entah ke mana. Kupikir, barangkali kita tak lagi searah.
Dari secangkir kopi yang kita nikmati beberapa waktu sebelum hari ini, tercipta ruang bagi kita untuk saling melepas tawa. Entah, barangkali memang layak kita menertawakan perjalanan kita yang lampau. Seperti ada bayang keindahan yang sedang kita nikmati yang tersembunyi dari balik kepekatannya yang kita sesap. Kita mulai berbicara mantab soal hari esok, sebelum petang menjelang.
Dari secangkir kopi yang kita nikmati beberapa waktu sebelum hari ini, pernah menyibak jarak di antara kita. Aroma tajam yang kita hirup sepertinya justru meleburkan ke-aku-an kita, tak ada lagi ingatan kita tentang pertengkaran kecil yang pernah terjadi, seperti menguap bersama udara. Kita saling melempar senyum dan memulai cerita tentang kita kembali. Kekakuan kita mengendap bersama ampas yang tersisa dari tiap sesap dan aroma yang telah kita seduh bersama. Sengaja kita biarkan ia mengalir, meresap di tiap labirin dan mengendurkan lelah dari rindu di antara kita. Mengembalikan langkah kita yang terpisah.
Sejenak, dari secangkir kopi yang kunikmati sendiri malam ini bersama sunyi, menumpahkan semua ingatan tentang kita. Menyulut rindu yang terpisah arah. Kemudian menguap. Tapi manis dan pahit yang telah kita sesap bersama, masih melekat dan keharumannya pun masih tersisa.
Dari secangkir kopi yang kita nikmati beberapa waktu sebelum hari ini, tercipta ruang bagi kita untuk saling melepas tawa. Entah, barangkali memang layak kita menertawakan perjalanan kita yang lampau. Seperti ada bayang keindahan yang sedang kita nikmati yang tersembunyi dari balik kepekatannya yang kita sesap. Kita mulai berbicara mantab soal hari esok, sebelum petang menjelang.
Dari secangkir kopi yang kita nikmati beberapa waktu sebelum hari ini, pernah menyibak jarak di antara kita. Aroma tajam yang kita hirup sepertinya justru meleburkan ke-aku-an kita, tak ada lagi ingatan kita tentang pertengkaran kecil yang pernah terjadi, seperti menguap bersama udara. Kita saling melempar senyum dan memulai cerita tentang kita kembali. Kekakuan kita mengendap bersama ampas yang tersisa dari tiap sesap dan aroma yang telah kita seduh bersama. Sengaja kita biarkan ia mengalir, meresap di tiap labirin dan mengendurkan lelah dari rindu di antara kita. Mengembalikan langkah kita yang terpisah.
Sejenak, dari secangkir kopi yang kunikmati sendiri malam ini bersama sunyi, menumpahkan semua ingatan tentang kita. Menyulut rindu yang terpisah arah. Kemudian menguap. Tapi manis dan pahit yang telah kita sesap bersama, masih melekat dan keharumannya pun masih tersisa.
No comments:
Post a Comment